Aku berjalan dipelataran harapan, menapakkan kaki dengan tegar seolah keseratus persenan itu ada. Keteguhan hati dan kepercayaan bertengger dengan indahnya. Tetapi itu dahulu,dahulu sekali sebelum pecahan-pecahan hati berserakan diteras sang waktu. Menjelma menjadi debu yang tersapu angin perubahan.Tak terhitung berapa puluh miliar detik waktu berputar mengelilingi jam. Seperti itulah kita yang dahulu dan sekarang.
Sungguh menyedihkan ketika kita berdiam diri dihiruk pikuk dunia sembari menatap cermin kehidupan lampau. Ada kita bertengger dengan indah ditengah konspirasi yang kau ciptakan. Waktu berulangkali memanjakanku dengan siluet cerita pendek akan kita. Mungkin cerita pendek kala itu berubah menjadi cerita bersambung yang terputus oleh penulis yang bertransmigrasi ke zona nyaman. Sebuah cerita yang memiliki alur rumit, lebih rumit dari logaritma.
Tak hari lagi yang melampauinya tapi tahun. Aku ingin tertawa terbahak-bahak mengapa ada kekonyolan dalam cinta dan kehidupan. Mengapa sakit itu terkadang terasa indah dan mengapa hati begitu sulit untuk membenci dan mengapa waktu selalu membuat kita berdiri di satu titik. Kita seperti anak kecil yang baru belajar menulis. yang bisa menorehkan garis dan tanda titik saling bersahutan. (seperti : ._._._._~) Tak berujung ..... hanya variasi rasa lelah yang menghentikannya. Tak ada sebuah kekonstanan akan nasip. Hanya bergelayutan di azaz praduga rasa dan praduga kehidupan. Apakah kita saling merindu dan mendoakan di kehidupan masing-masing? Ataukah kita saling melupa?
Apa yang membuat kita mudah melepas dan sulit saling melupakan? Apakah kesakralan dan ketulgusan cinta telah menjadi obyek sebuah obsesi? Ataukah terkadang yang rumit itu yang terbaik???
Biarkan tuhan menata apik kisah kita dalam guliran waktu jika ego dan keadaan begitu mengalahkan sebuah rasa di sekeping hati.
0 komentar:
Posting Komentar