CERBUNG I : Jangan Lupa Untuk Bahagia

PART 1_PERTEMUAN
 
Kususuri trotoar yang begitu lengang, bertolak belakang dengan arus kendaraan yang padat merayap. Kendaraan berlalu lalang tak henti-hentinya mengeluarkan kebisingan dan polusi. Terik sinar mentari tak menggoyahkan langkahku. Sudah pukul satu, menandakan waktunya makan siang. Langkahku berhenti di sebuah warung pujasera yang letaknya tidak jauh dari kantorku.
 
Ku sipitkan mata dan mencari sesosok wanita yang menelfonku tadi pagi Via telfon kantor. Mataku tertumbuk pada wanita muda yang duduk sendirian di pojok pujasera. Wanita itu melambaikan tangannya, yang aku balas dengan sebuah senyuman rindu. Dia adalah Diana, sahabat ku semasa kuliah. Banyak kenangan yang mencuat dengan munculnya sosok Diana di hadapanku.
 
Diana berdiri dari tempat duduknya dan tersenyum sumringah kepadaku. Wanita cantik dan smart yang beperawakan jangkung dengan kulit kuning langsatnya. Bola matanya yang indah tertutup oleh bingkai kaca optik semakin membuatnya menjadi wanita matang dan dewasa. Dengan dandanan yang elegant. Stelan kemeja putih dilapisi jaz bermotif leopard dan bawahan rok sepan coklat sedengkul. Kupeluk erat tubuh jangkungnya yang wangi. Aku rindu pelukan ini. Pelukan yang selalu menemani perjalananku kisah sedihku. Sosok yang tidak pernah meninggalkan sahabatnya dalam keterpurukan.
 
Ternyata Diana sedang dalam perjalanan Bisnis ke Bandung. Diana selama lima tahun terakhir ini mencari tahu keberadaanku. Hingga akhirnya usahanya membuahkan hasil. Enam bulan yang lalu Diana bertemu dengan Edo di sebuah acara Gethering kantornya. Aku, Edo, dan Diana adalah teman sekantor dulu sewaktu masih di Jogja. Seminggu setelah aku resign ternyata Diana mengikuti jejakku. Hanya Edo yang bertahan sampai detik ini di perusahaan BUMN itu.
 
Perusahaan Edo pernah melakukan kerja sama dengan perusahaan tempatku bernaung. Akhirnya Edo mengetahui keberadaanku di Kota Bandung, dan karna itu pula aku mengetahui bahwa Diana telah resign.
 
Bulir-bulir rindu menetes dari kelopak mataku. Telah lima tahun aku tak bersua dengannya. Diana mengusap bulir-bulir rindu ini dan menariku untuk duduk disampingnya. Ternyata Diana sudah memesan makanan. Makanan faforit yang sering aku pesan dahulu sewaktu zaman kuliah. Aku hanya mengulum senyum.

Diana       :  " Tak ada yang berubah kan? " candanya sambil 
                       melirikku
Dara        :   " Hehehe gak ada, gue masih suka gado-gado and 
                       es kelapa muda kok"
Diana      :      Hahahhahaha
Diana      :   " Kenapa sih lo ngilang begitu aja nyet? gue lima
                      tahun terakhir ini nyariin lo"
Dara       :   "Gue capek lu kangenin mulu " Aku membalas
                     pertanyaan serius Diana dengan bercanda
 
Diana menatapku lekat-lekat seakan berusaha mengorek apa yang telah terjadi padaku selama lima tahun terakhir. Tapi hati ini telah membeku, tak ada lagi ekspresi hangat seperti dulu kala. Hanya wajah kaku dan dingin menggelayuti rona wajahku.
 
Terdengar helaan nafas yang berat dari Diana. Ada pesan getir yang berusaha disampaikan oleh udara yang keluar dari hidung bangirnya. Aku tatap balik wajahnya, Ah wajah sahabatku yang ceria berpoleskan make up yang soft. Kecantikannya kian memancar. Tapi Bola mata itu tak berbinar seperti lima tahun yang lalu. Apakah yang telah terjadi padanya? beratkah beban hidupnya? ................
 
Apakah kita memiliki kisah pilu yang sama Diana??? Kalau iya, mengapa kita memiliki nasip yang kelam??? Ah sudah lah, aku enggan menanyakan sesuatu yang begitu berat diperjumpaan ini. Aku masih terlalu rindu padanya.

Layaknya orang yang telah lama tak berjumpa, kamipun saling sharing tentang pekerjaan dan kehidupan baru kami. Tak luput kenangan masa lalu disaat kami berdua masih berstatus sebagai mahasiswi di sebuah perguruan Tinggi Swasta di Kota Pelajar ikut menyeruak ke permukaan, membuncahkan tawa dan kegelian akan beberapa kejadian konyol yang telah berlalu.

 
Semilir angin yang ditiupkam mentari begitu hangat. Sehangat persahabatan kami. Setelah makan siang aku dan Diana berpisah. Aku kembali ke Kantor, dan Diana harus menyelesaikan meeting dengan clientnya. Aku berjanji jam delapan malam akan menemuinya di hotel tempatnya menginap.
 
BERSAMBUNG ........................
 

Jangan Lupa Untuk Bahagia
By : Chagia .R. Devega

0 komentar:

Posting Komentar